Seorang pedagang daging di Pasar Palmerah, Basri mengatakan,
keuntungan berjualan daging masa-masa sekarang sangat jauh berbeda dari iklim
usaha sepuluh tahunan yang lalu dan sebelumnya.
”Dulu jualan itu bisa untung sampai ratusan ribu,” ujar pria yang
sudah berjualan daging sejak 20 tahun lalu ini, Jumat (21/6). Ketika harga
daging masih di bawah Rp 60 ribu per kilogram, keuntungan yang ia dapatkan
terbilang lebih dari cukup.
Namun, sejak sepuluh tahun belakangan, harga daging terus
melambung hingga kini menembus Rp 95 ribu per kilogram. ”Mau dapat untung Rp
100 ribu saja susah sekali,” ucapnya.
Harga BBM yang terus naik, pasokan yang kurang, agen yang curang,
dan korupsi-korupsi pejabat menurutnya menjadi penyebab sulitnya berdagang dan
mendapat untung besar.
Pernyataan senada disampaikan Yanti, pedagang bumbu di Pasar
Palmerah. Ia mengatakan, keuntungan sekarang hanya cukup untuk makan
sehari-hari. ”Dulu, zamannya Megawati (Presiden Megawati Soekarnoputri) dan
sebelumnya, bisa beli ini itu dari hasil dagangan, sekarang nggak bisa sama sekali,” tuturnya.
Harga mahal dan modal kecil menjadi momok pedagang. Ketakutan itu
diperparah dengan kecurangan oknum-oknum tertentu. Janji-janji pejabat pun,
tambah mereka, seperti menjadi isapan jempol. ”Tetap saja tidak ada perubahan,
malah makin susah,” kata Basri.
Namun, Basri dan Yanti tetap berharap pemerintah peduli terhadap
pedagang kecil seperti mereka, di tengah maraknya gejolak isu kenaikan BBM dan
menjelang bulan Ramadhan. ”Semoga saja ya,” ucap Basri. (dkw/lp/rol)
0 komentar:
Posting Komentar